Apa Itu Doomscrolling dan Mengapa Bisa Membahayakan Kesehatan Mental?
Doomscrolling adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh banyak orang, terutama di era digital saat ini. Ini merujuk pada kecenderungan seseorang untuk terus-menerus menggulir layar ponsel hanya untuk membaca berita buruk atau informasi negatif, meskipun sadar bahwa hal tersebut bisa berdampak negatif pada kesehatan mental. Fenomena ini semakin umum ditemui seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan akses yang mudah terhadap informasi.
Banyak orang melakukan aktivitas ini di malam hari, ketika mereka ingin tetap update dengan berita terbaru. Namun, efeknya justru bisa sangat merugikan. Kebiasaan ini tidak hanya membuang waktu, tetapi juga bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan gangguan tidur.
Alasan Mengapa Doomscrolling Terjadi
Secara psikologis, manusia cenderung lebih memperhatikan informasi negatif karena otak memiliki bias terhadap hal-hal yang dianggap berbahaya atau mengancam. Hal ini merupakan mekanisme alami yang bertujuan untuk bertahan hidup. Sayangnya, di dunia digital, pola pikir ini justru membuat orang sulit berhenti menggulir berita buruk yang tersebar luas di media sosial.
Selain itu, doomscrolling sering kali disertai dengan zombiescrolling, yaitu kebiasaan menggulir layar tanpa tujuan jelas. Keduanya dapat menyebabkan kelelahan otak akibat paparan informasi yang berlebihan, terutama dari sumber-sumber yang bernuansa negatif.
Dampak Psikologis dari Doomscrolling
Kebiasaan ini tidak hanya memengaruhi waktu, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan mental. Menurut penelitian, doomscrolling dapat meningkatkan rasa khawatir, stres kronis, dan bahkan gejala depresi. Pada kelompok usia muda yang aktif menggunakan media sosial, dampaknya bisa lebih signifikan.
Selain itu, kebiasaan ini juga bisa menurunkan produktivitas. Bukan hanya mendapatkan informasi bermanfaat, individu justru terjebak dalam lingkaran kecemasan yang melelahkan. Paparan informasi negatif yang terus-menerus juga bisa membuat seseorang memiliki pandangan dunia yang lebih pesimis dan meningkatkan risiko rasa tidak berdaya (learned helplessness).
Jika dilakukan dalam jangka panjang, doomscrolling juga bisa memengaruhi hubungan sosial. Orang yang sering cemas karena berita negatif cenderung menarik diri, mudah lelah, dan sulit fokus saat berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan.
Cara Mengatasi Doomscrolling
Menghentikan doomscrolling memang tidak mudah, karena media sosial dirancang agar penggunanya betah berlama-lama. Namun, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:
- Batasi waktu penggunaan media sosial. Tetapkan jadwal khusus untuk mengakses berita dan hindari scrolling berlebihan, terutama sebelum tidur.
- Pilih sumber informasi terpercaya. Fokus pada media yang menyajikan berita faktual dan seimbang, bukan hanya sensasi negatif.
- Lakukan digital detox. Luangkan waktu tanpa gawai, misalnya satu jam sebelum tidur, untuk memberi ruang istirahat bagi otak.
- Alihkan perhatian pada aktivitas positif. Membaca buku, olahraga ringan, atau meditasi bisa menjadi alternatif yang lebih menenangkan.
- Sadari pola pikir. Melatih self-awareness dapat membantu individu berhenti ketika mulai tenggelam dalam doomscrolling.
- Manfaatkan fitur pengingat aplikasi. Beberapa platform media sosial kini memiliki pengingat waktu penggunaan. Memanfaatkannya bisa membantu mengurangi kebiasaan berlebihan.
- Cari dukungan sosial. Berdiskusi dengan teman atau keluarga tentang perasaan yang muncul bisa membantu mengurangi kecenderungan mencari pelarian lewat doomscrolling. Jika kebiasaan ini sudah mengganggu kesehatan mental secara signifikan, berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog atau psikiater adalah langkah terbaik.
Pentingnya Kesadaran akan Doomscrolling
Fenomena ini semakin relevan di era banjir informasi. Generasi muda, terutama Gen Z, sering ingin selalu terhubung dengan kabar terbaru. Namun, tanpa disadari, mereka rentan mengalami stres dan kelelahan mental karena paparan berita buruk yang terus-menerus.
Dengan memahami psikologi di balik kebiasaan ini, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Doomscrolling bukan hanya soal waktu yang terbuang, tetapi juga tentang kesehatan mental yang perlu dijaga.