Pentingnya Persiapan dan Kesadaran Saat Mendaki Gunung Sempana
Gunung Sempana, yang terletak di kawasan pendakian Gunung Rinjani, tidak hanya menjadi tujuan para pendaki tetapi juga menjadi peringatan bagi siapa pun yang ingin menghadapi tantangan medan ekstrem. Kecelakaan yang menimpa Dzulpanil Khoiri (16 tahun), seorang pelajar asal Bertais, Kota Mataram, pada Minggu (17/8/2025) menjadi bukti bahwa keselamatan dan persiapan sangat penting dalam aktivitas ini.
Jalur Pendakian yang Menantang
Menurut Ricko Ruliyarto, pemilik Tracking Organizer Lombok Journey, jalur pendakian Bukit Sempana tidak bisa dianggap remeh. Ia menjelaskan bahwa jalur tersebut memiliki kemiringan hingga 90 derajat, terutama melalui jalur Tembok Cina. “Kita seperti mendongak menuju puncak, bantuan letter z sedikit melegakan,” ujarnya. Meskipun ada bantuan dari letter z, proses pendakian tetap membutuhkan fisik dan mental yang kuat karena medannya sangat melelahkan.
Ricko menyebut jalur ini sebagai gunung, bukan sekadar bukit, karena tingkat kesulitannya yang sangat tinggi. Track yang curam, licin, dan penuh dengan bebatuan lepasan membuat pengalaman mendaki lebih berisiko. Ia menyarankan kepada para pendaki, terutama yang baru memulai, untuk memilih jalur lain yang lebih ramah, seperti Bukit Nanggi.
Persiapan Fisik dan Logistik yang Mendasar
Selain persiapan fisik dan mental, logistik juga menjadi hal utama dalam mendaki Gunung Sempana. Pengelola menyarankan setiap pendaki membawa minimal 1-2 liter air minum. Jika tidak memenuhi syarat ini, pendaki dilarang naik. “Kita utamakan keselamatan mereka, jika tidak mau menyiapkan air kita suruh pulang,” jelas Musta’an, salah satu pengelola Sempana.
Pendaki pemula juga diberi penjelasan mengenai jalur dan kesiapan logistik sebelum melakukan pendakian. Selain itu, pengelola menekankan pentingnya izin orang tua sebelum melakukan pendakian. “Mendaki gunung itu hal yang sangat sakral, bukan main-main, butuh restu selain kesiapan mental, fisik, dan logistik,” ujarnya.
Peran Pemandu atau Guide
Untuk meningkatkan keselamatan, pengelola merekomendasikan agar pendaki pemula menggunakan jasa pemandu atau guide. Biaya yang dikeluarkan untuk jasa ini mencapai Rp 350 ribu per malam. Namun, banyak pendaki lokal maupun pemula jarang memanfaatkan layanan ini. Sebaliknya, kebanyakan pendaki luar negeri menggunakan jasa tracking organizer yang menyediakan pemandu.
Musta’an juga menegaskan pentingnya kesadaran akan risiko saat mendaki. Pendaki pemula diminta untuk tidak terburu-buru baik saat mendaki maupun turun. Mereka juga diingatkan agar beristirahat di posisi yang aman, yaitu di area datar dan tidak dekat dengan jurang.
Belasungkawa atas Kecelakaan yang Terjadi
Musta’an menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kejadian yang menimpa Dzulpanil Khoiri. Ia menjelaskan bahwa bagi warga Sembalun, Sempana disebut sebagai gunung, bukan bukit, karena tracknya yang hampir menyamai Gunung Rinjani. Tinggi Sempana mencapai 2.300 meter dari permukaan laut, sehingga membutuhkan persiapan yang matang.
Dzulpanil Khoiri jatuh terpeleset ke jurang sedalam 100 meter saat turun dari pendakian. Kejadian ini terjadi bersama tujuh temannya, sesama pelajar di Mataram dan Lombok Barat. Kecelakaan ini menjadi peringatan bahwa pendakian bukanlah aktivitas sembarangan, terutama ketika menghadapi jalur yang ekstrem seperti Sempana.
Kesimpulan
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan risiko dan persiapan yang matang sebelum melakukan pendakian. Baik pendaki pemula maupun berpengalaman harus memperhatikan faktor-faktor seperti kesiapan fisik, mental, logistik, serta penggunaan pemandu. Dengan demikian, keselamatan dan pengalaman pendakian dapat terjaga dengan optimal.