Sebuah Perjalanan Musik yang Menginspirasi
Anak muda masa kini sering kali lebih akrab dengan musik pop dan RnB. Namun, tidak demikian dengan Amenangi. Sejak usia dini, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap musik klasik seperti jazz. Keberadaannya di dunia musik dimulai sejak usia 4 tahun, ketika ia mulai mendengarkan berbagai genre musik klasik.
Ayahnya, Agus Setiawan Wawo Runtu, menjelaskan bahwa Amenangi tidak memiliki warisan bakat dari orang tuanya karena ia bukan seorang penyanyi. Semua ini datang secara alami, sebagai hasil dari hasrat dan ketekunan yang terus berkembang. Amenangi lahir di Denpasar pada tahun 2013 dan mulai belajar piano saat berusia empat hingga enam tahun. Ia juga mendapatkan pelatihan ganda dalam musik klasik tradisional dan jazz.
Sejak awal tahun 2025, Amenangi telah menjalani persiapan yang sangat ketat. Dibimbing oleh guru musiknya, Justina Tjandra, pendiri Amabile Studio di Denpasar, ia fokus mengasah teknik, interpretasi, dan kesiapan panggung untuk tampil dalam pertunjukan ambisius di usia 11 tahun.
Selain kesibukannya berlatih musik, Amenangi juga menikmati kegiatan lain seperti berselancar dan melukis. Hal ini mencerminkan keseimbangan antara disiplin, kerendahan hati, serta kreativitas. Ia menjadi contoh bagi generasi muda yang gigih dan penuh semangat.
Orang tua Amenangi tidak pernah memaksanya untuk bermusik. Mereka hanya memastikan bahwa ia mendapat dukungan terbaik. “Dari awal, kami tidak memaksa anak untuk bermusik. Kami hanya membantu dia memperoleh pendidikan terbaik,” jelas Agus.
Minat Amenangi terhadap musik, khususnya piano, sudah tampak sejak kecil. “Kami ajak ke toko yang dipilih adalah piano, ya kami ikuti saja,” tambahnya. Kini, Amenangi duduk di bangku SMP kelas satu (7) dan akan melakukan konser tunggal musik klasik. Ia semakin giat berlatih, bahkan meningkatkan jam latihan dari 3-4 jam menjadi 5-7 jam sebelum konser.
Agus juga menyampaikan bahwa pendidikan formal tetap menjadi prioritas. “Jika ada yang terlewat, kami akan bantu untuk memenuhi pendidikan formalnya,” ujarnya.
Sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, Amenangi memiliki mimpi besar untuk bisa tampil hingga ke luar negeri seperti Eropa. Denis, perwakilan Sanggar Musik Amabile, menegaskan bahwa latihan Amenangi sebelum konser bisa mencapai 7-8 jam. Menurutnya, semua latihan berfokus pada musik klasik sesuai dengan tipe dan fondasi yang dimiliki Amenangi.
Resital Tunggal Amenangi bersama Amabile Chamber Orchestra akan diadakan pada 24 Agustus 2025 di Sheraton Ballroom, Kuta – Bali. Dipersembahkan oleh Yayasan Tandjung Sari, Sanur, acara ini bertajuk “Let’s Swing”. Ini merupakan resital perdana pianis berusia 11 tahun, Amenangi Sadali Nitisara Wawo Runtu, yang sedang naik daun dari Bali.
Diiringi oleh Amabile Chamber Orchestra, konser ini menyajikan perjalanan pemusik yang ceria namun mendalam melalui karya-karya Bach, Beethoven, Rameau, Brahms, dan banyak lagi. Tujuan dari konser ini adalah untuk mengubah persepsi publik atas musik klasik, yang sering dianggap rumit dan berat. Acara ini memberi kesempatan kepada penonton untuk merasakan keindahan musik klasik dengan cara yang mudah dicerna, muda, dan dinamis.
Yayasan Tandjung Sari, yang didirikan pada tahun 1987, menghormati dan mengenang warisan sosok maestro tari Bali, Ini Ketut Reneng. Awalnya, yayasan ini fokus pada pelestarian tradisi Pelegongan. Kini, yayasan melebarkan perhatiannya pada berbagai jenis pertunjukan dari seluruh Indonesia.
Di era digital saat ini, yayasan berkomitmen untuk mendukung seniman-seniman muda berbakat. “Let’s Swing” menandai langkah pertama yayasan dalam mendukung bakat piano klasik dan jazz melalui debut Amenangi.
Untuk tiket, harga khusus diberikan bagi pelajar dengan menunjukkan kartu pelajar. Mahasiswa dan umum dapat membeli tiket dengan harga early bird Rp245 ribu hingga Rp350 ribu di Megatix.











Leave a Reply