Penolakan Pedagang Pasar Burung Barito terhadap Relokasi
Pasar Burung Barito yang berada di Kebayoran, Jakarta Selatan, akan mulai dikosongkan hari ini. Namun, para pedagang masih menolak untuk pindah. Mereka menginginkan kejelasan terlebih dahulu tentang lokasi baru dan alasan relokasi. Pemindahan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penggabungan tiga taman, yaitu Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuseur.
Para pedagang di 137 toko di pasar tersebut masih menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Mereka mempersiapkan tokonya untuk melayani pelanggan. Banyak alasan yang menjadi dasar penolakan mereka, termasuk ketidakjelasan lokasi baru dan pertanyaan tentang perlu tidaknya mereka dipindahkan demi penggabungan taman.
Ketua Paguyuban Pasar Barito, Karno, menyatakan bahwa para pedagang sudah sepakat untuk dipindahkan ke Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Namun, lokasi tersebut masih berbentuk tanah kosong dan belum ada pembangunan sama sekali. “Lenteng Agung belum dibangun. Maunya pedagang nih, kalau memang di sana sudah dibangun, rapi, sesuai, ya ini lah, taruh lah begini, gitu ya. Udah kita pindah sama-sama,” ujar Karno.
Ia juga menyampaikan bahwa keinginan pedagang hanya itu saja. Namun, pemerintah terkesan lambat dalam memberikan kepastian. “Belum jelas kapan, kapan selesainya, kapan. Cuma dia punya perkiraan 3-6 bulannya. Cuma ya nggak jelas kapan dibangun. Ini perkiraan doang,” tambahnya.
Pedagang tidak ingin mengosongkan lapaknya saat ini karena lokasi baru belum siap digunakan. “Ini yang jadi masalah, kasihan. Kalau sekarang nih, kan mereka maunya tanggal ini kosong nih. Terus kita ini mau ke mana?” ucap Karno.
Selain itu, Karno menilai keputusan relokasi terlalu cepat diambil. Mereka baru diberitahu tentang relokasi pada bulan Juli lalu. Dalam waktu sebulan, mereka diminta untuk pindah. “Maksud saya sih kalau memang pemerintah ada hal-hal yang perlu diperbaiki atau ada hal-hal apa ya, kita rembuk aja lah sama kita. Gimana nih, ini ada rencana begini-begini, gitu aja,” ujarnya.
Karno juga menilai bahwa keberadaan pasar di Jalan Barito I tidak mengganggu taman jika memang akan digabungkan. Malah, pasar ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. “Kalau toh memang mau dibuat taman, tamannya dipercantik, yaudah. Kita yang buat, dipercantik. Supaya cantik gimana nih pasar kita?” katanya.
“Kalau memang mau jalan akses ke belakang sana, udah kasih pintu nih. Pintu ke sana masuk. Nah, terus ada lagi pintu sana. Jadi ini kan ada pintu. Kan enak. Nanti orang jalan-jalan ke taman, dia lihat-lihat burung, beli makanan goceng. Terus, yang mau makan ya ada kulinernya. Mau beli buah ya ada buahnya. Kan begitu,” tambahnya.
Menurut Karno, jika memang akan dibuat seperti itu, maka semua pedagang setuju. “Kalau memang bilangnya mau dipercantik, ayo kita juga mau. Mendukung. Ayo, sama-sama. Ngapain dia pusing-pusing nyariin tempat. Yang ada aja,” tambahnya.
Perspektif Advokat Pedagang
Advokat para pedagang, Fahmi Akbar, menyebut bahwa pemindahan para pedagang ke tempat baru masih belum memiliki dasar hukum yang pasti. “Kepastian hukumnya belum ada, kapan pedagangnya bisa menempati. Sehingga, karena di sini juga bukan hanya pasar, tapi juga punya memori kolektif bagi orang Jakarta, bahkan sampai mancanegara,” ujarnya.
Fahmi menilai bahwa proyek ambisius gubernur tidak boleh mengorbankan para pedagang. Tim advokat telah meminta kepada Pemerintah Kota Jakarta Selatan maupun Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menangguhkan rencana relokasi sampai tahun 2026 mendatang. “Sampai tempatnya mendapat kejelasan,” ujarnya.
Fahmi juga menilai bahwa keberadaan pasar tidak mengganggu operasional taman. Seharusnya, pasar bisa menjadi bagian dari taman. “Sebenarnya, kalau mau dilihat, bisa disatukan sebenarnya. Harus dibaguskan, diapakan. Kan juga nggak mengganggu. Terlebih, tadi saya bilang, punya akar historis yang panjang. Warga Jakarta sebenarnya, sebagian warga dari masyarakat sini, itu menolak,” ujarnya.
Kejelasan Pengosongan Masih Tidak Ada
Para pedagang dan advokat telah menerima surat pengosongan dari semalam sebelumnya. Surat itu datang dari Kelurahan Kramat Pela. Namun, hingga pukul 09.23 WIB, belum ada tanda-tanda petugas dari Pemkot datang ke lokasi.
Camat Kebayoran Baru, Achmad Basyaruddin, menyebut pihaknya masih menunggu arahan. “Kami menunggu perintah. Kami siap membantu permintaan pedagang untuk fasilitasi pindah-pindah barangnya pak,” ujarnya.
Terkait kepastian jadi atau tidaknya pengosongan hari ini, Basyaruddin menyebut belum mendapatkan info lebih lanjut. “Belum,” singkatnya.