Siswi SMKN 1 Gowa Dikeluarkan Karena Mengacungkan Jari Tengah ke Guru
Sebuah kejadian yang mengejutkan terjadi di SMKN 1 Gowa, Sulawesi Selatan. Dua siswi sekolah tersebut dikeluarkan dari sekolah setelah mengacungkan jari tengah di depan guru mereka. Kejadian ini menjadi perbincangan hangat di media sosial dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat.
Pihak sekolah mengetahui adanya video yang viral tersebut dan segera mengambil tindakan. Mereka memanggil orang tua kedua siswi yang terlibat dalam video tersebut. Setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi, pihak sekolah memutuskan untuk menjatuhkan sanksi berupa Drop Out (DO) kepada kedua siswi tersebut. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tindakan tegas terhadap perilaku yang dinilai tidak pantas dan melanggar aturan sekolah.
Video yang merekam kejadian itu kemudian menyebar di media sosial. Beberapa akun Instagram seperti @mksinfo.official, @makassar_iinfo, dan @lambe_turah menjadi sumber penyebaran video tersebut. Unggahan tersebut diunggah pada Sabtu, 02 Agustus 2025 malam, dan langsung mendapat respons yang sangat besar dari netizen.
Dalam video tersebut, terlihat dua siswi SMKN 1 Gowa dengan inisial R dan N sedang mengacungkan jari tengah di hadapan guru mereka. Menurut keterangan yang disertakan dalam unggahan, aksi tersebut dilakukan oleh siswa kelas X pada Rabu, 30 Juli 2025. Meski detail lengkap kejadian belum sepenuhnya diketahui, tindakan yang diambil oleh pihak sekolah menunjukkan bahwa mereka sangat serius terhadap perilaku semacam ini.
Beberapa hari setelah video tersebut viral, jumlah interaksi di media sosial meningkat pesat. Akun @mksinfo.official dan @makassar_iinfo mencatat 18.5 ribu like, 1.226 komentar, serta 1.750 kali dibagikan. Sementara itu, unggahan dari @lambe_turah juga mendapat perhatian besar dengan 41 like, 4.931 komentar, dan 2.132 kali dibagikan.
Kejadian ini menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Banyak yang menyatakan bahwa tindakan pihak sekolah sudah tepat karena mengutamakan disiplin dan etika di lingkungan pendidikan. Namun, ada juga yang merasa bahwa hukuman DO terlalu keras dan berharap ada alternatif penyelesaian yang lebih bijaksana.
Selain itu, kasus ini juga memicu diskusi tentang pentingnya pendidikan karakter dan pengendalian emosi bagi para siswa. Pihak sekolah dan guru diharapkan dapat memberikan bimbingan yang lebih baik agar siswa bisa belajar untuk bertindak dengan sopan dan menghormati orang lain.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa perilaku siswa tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak pada citra sekolah dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pihak terkait untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan positif.